Kamis, 29 April 2010

Bahagiakan Diri Sendiri Dulu Baru Bahagiakan Orang Lain

Sebuah studi, kritik dan koreksi.

oleh: Al-Faqir ilallah Muhammad Ibnu Usri

Sering beredar sebuah perkataan yang dijadikan prinsip dalam kehidupan sosial masyarakat muslim yang tidak seiring dengan akhlak seorang muslim. Terlebih lagi al-faqir sering mendengar dari kalangan remaja muda; Bahagiakanlah Diri Sendiri Dulu Baru Bahagiakan Orang Lain. Harap tidak menyepelekan hal ini, karena bisa berdampak tidak baik dalam kehidupan sosial masyarakt dan negara. serta dapat menghambat cita-cita dalam mewujudkan masyarakat madani dalam tatanan negara muslim.




Sungguh sangat aneh jika kata yang beredar itu terangkai dari lisan seseorang yang labelnya muslim. terlebih lagi remaja mudanya yang sedang dalam masa transisi dan diliputi oleh rasa egoisme yang tinggi atau lebih mengutamakan diri sendiri. Padahal kata-kata seperti itu sangatlah tidak seiring dengan tuntunan akhlak seorang muslim. karena itu adalah egoisme. Islam tidak mengajarkan, Rasulullah saw. pun tidak mencontohkan hal yang demikian. jika perkataan itu dijadikan sebagai prinsip dalam kehidupan, maka sang pelaku -siapa pun dia, sadar atau tidak- telah menutup banyak pintu kebaikan yang seharusnya dia dapatkan.Diantara sifat manusia yang alami adalah "rasa yang tidak pernah puas dan cukup dengan apa yang ada". hal ini terbukti dengan adanya perkembangan dan kemajuan peradaban disetiap zaman yang telah dicapai oleh manusia itu sendiri. dan dia akan terus menerus berkreasi agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memuaskan keinginannya.
Namun, bagaimanapun seseorang telah mendapatkan kebahgiaan yang dia inginkan, dia masih belum puas dengan apa yang dia dapatkan dan akan terus berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan yang lainnya.
Lalu, apa kaitannya dengan tema yang sedang dibahas?
Tentu sangat jelas sekali, bahwa seseorang yang telah mendapatkan kebahagiaan yang dia harapkan, belum tentu dia merasa puas dengan apa yang telah dia dapatkan. bahkan dia akan terus berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan dirinya yang belum terpenuhi disisi lain. jika begitu keadaannya, kapan dia akan berbuat sesuatu untuk bisa membahagiakan orang lain? sedangkan kebutuhannya sendiri pun tak terbatas dan banyak yang belum terpenuhi.
Bersyukur jika orang itu bisa berbahagia dengan apa yang dia dapat dan merasa cukup dengan apa yang ada, kemudian dia berbagi rasa dengan orang lain sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga mereka pun ikut bahagia dan bergembira atas apa yang dia rasa. Tapi bagaimana keadaannya dengan seseorang yang jika seumur hidupnya selalu diliputi duka dan nestapa? disamping itu dia memegang prinsip "bahagiakan diri sendiri dulu baru bahagiakan orang lain". Hilanglah peluang untuk mendapatkan beragam kebaikan.
Teman-teman kaula muda muslim sejati, janganlah kalian pernah merasa lelah dan bosan dalam berbuat baik dan membahagiakan orang lain meskipun sebenarnya kalian sedang dilanda duka dan ditempa banyak masalah. karena rasa lelah dan bosan hanyalah sementara, akan hilang dalam waktu yang tak lama, dan kebaikan akan tetap ada dan bermanfaat, tetap bernilai disisi Allah dan akan dibalas oleh-Nya sekecil apapun itu: "Maka siapa yang berbuat kebajikan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya". (Q.S. Al-Zilzal: 7)
dalam ayat lain Allah pun memberi jaminan balasan kepada para hamba-Nya yang berbuat kebajikan:"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S. An-Nahl: 97).
Maka dari itu teman-teman, mari kita bergegas dalam berbuat kebaikan, jangan sampai ditunda-tunda apalagi menunggu setelah datangnya bahagia. Umur manusia hanya Allah yang tahu batasannya. Jika ajal menjemput sebelum datangnya bahagia, maka hilanglah sudah kesempatan untuk berbuat baik kepada orang lain. amal apa yang sudah kita ukir?
Jangan pula menutup pintu-pintu kebaikan dengan prinsip-prinsip yang tidak seiring dengan akhlak kita sebagai seorang muslim. jadilah seorang pemuda berjiwa muslim sejati. Gaul namun tetap beragama. Berbuat baiklah, dan bahagiakanlah orang lain walau hanya dengan senyuman.
"Demi masa! Sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran." (Q.S. Al-Ashr: 1-3).

Read More...

Rabu, 07 April 2010

Falsafah Tut Wuri Handayani Masuk Konfrensi Pemuda Arab

Eddi Santosa - detikNews

Kairo - Falsafah Jawa tersebut diperkenalkan dalam Konferensi Pemuda Arab, diikuti 400 cendekiawan dan pemuda negara-negara Arab, yang berlangsung di Hall Universitas Nahdah Beni Suef, 115 km dari Kairo (13/3/2010).

Dalam konferensi hasil kerjasama Arab Council for Moral Education dan Nahdah University Beni Suef (NUB), Mesir, delegasi pemuda RI sebagai partisipan kehormatan melalui Mus’ab Muqaddas mempresentasikan filsafat dan moral pendidikan Jawa yang terdiri dari tiga elemen.

Ing Ngarso sung Tulodho, seorang pemimpin yang berada di depan harus selalu memberi teladan, untuk dapat diamalkan terutama oleh dirinya dan orang-orang yang dipimpinnya.




Ing Madya Mangun Karsa, sebagai pemuda yang mengemban tugas berada di tengah tidak hanya diharapkan selalu mencontoh sang pemimpin tapi diharapkan juga mampu membangun lingkungan kondusif.

"Kemudian Tut Wuri Handayani, pemuda selalu mengikuti contoh teladan dengan suasana kondusif yang telah ada,” papar mahasiswa Fakultas Bahasa Arab, Universitas Al-Azhar Kairo, itu bersemangat, yang mendapat sambutan meriah dari para peserta konferensi.

Pemerhati sosial di Kairo, Syamsu Alam Darwis, kepada detikcom siang ini mengatakan bahwa pemaparan filsafat Tut Wuri Handayani di kalangan cendekiawan dan pemuda Arab dapat dijadikan media pertukaran pemahaman budaya, terutama antara Indonesia-Mesir.

"Dengan upaya seperti ini, kekayaaan khazanah budaya Indonesia dapat dikenal dengan lebih baik," tutur Syamsu, yang juga hadir dalam konferensi tersebut.

Sementara itu Pemuka Agama Kristen Koptik Dr. Shabbuna Markus menanggapi, bahwa kesempurnaan jiwa pemuda dapat diasah dengan menghindari perilaku yang dilarang agama.

Hal ini dikuatkan lagi oleh mantan Wakil Menteri Wakaf Mesir Syeikh Mansour Rifa’i Abid bahwa tantangan bagi para pemuda saat ini adalah bagaimana mengupayakan untuk kembali menerapkan nilai-nilai yang dikumandangkan Musa, Isa dan Muhammad SAW.

"Sehingga problem masyarakat seperti pelecehan seksual, kekerasan, dan kurangnya budaya positif dapat diminimalisir," terang Mansour.

Delegasi pemuda RI terdiri dari 15 orang, diketuai Muhammad Syadid, Wakil Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa (PPMI) Mesir.

“Konferensi ini adalah upaya penyadaran kepada para generasi muda bahwa moralitas adalah satu-satunya unsur pembangun kembali semangat kebangsaan. Penguasaan ilmu dan teknologi harus diimbangi dengan moral terpuji,” katanya.

Selain itu Nur Ishma, Ketua WIHDAH-PPMI menegaskan bahwa maju mundurnya peradaban Arab dan dunia terletak di tangan pemuda.

Read More...

Senin, 05 April 2010

Inkonsistensi

Ketika tuhan berkehendak menciptakan manusia, maka segala yang kemudian menjadi penunjang bagi terciptanya hidup dan kehidupan manusia telah Allah cukupi, alam dunia beserta semua isinya

Sebagai mahluk paling sempurna, manusia juga diberi mandat oleh Allah untuk menjadi kholifah yang bertugas mengatur dan menjaga alam dunia sebagai tempat hidup dan kehidupan manusia, baik dan buruknya hidup dan kehidupan ini adalah menjadi tangung jawab kita sebagai kholifah.




perubahan dan kerusakan iklim dan ekosistem yang terjadi hari ini adalah murni karena kita semua, apa yang Allah ciptakan adalah untuk manusia adalah sebuah sirkulasi simbiosis mutualisme, agar hidup bisa berjalan baik, dan alampun bisa terjaga dengan baik, keserakahan manusia dengan segala keangkuhan dan kesombongannya karena merasa pintar dan memiliki ilmu pengetahuan dan technologi telah menjadi salah kaprah dan salah guna.

apa yang terjadi hari ini, kerusakan alam, bencana dan lain - lain adalah merupakan hasil dari inkonsistensi mandat Allah kepada manusia

Read More...